Sabtu, 28 Mei 2016

AYAM HUTAN KALIMANTAN

                                AYAM HUTAN HIJAU 
Ayam hutan hijau (bahasa Latin = Gallus varius) adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari sukuPhasianidae, yakni keluarga ayam, puyuhmerak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar(Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.).Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl,Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya.Burung yang berukuran besar, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan, dan 42 cm pada yang betina.
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Ayam-hutan_hijau
Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.

Penyebaran dan Kebiasaan

Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.
Ayam betina
Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-labacacingkodok dan kadal kecil.
Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2 – 7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbausapi atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan besar itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu.
Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m di atas tanah.
Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan.
Tak seperti keturunannya ayam kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, Ayam-hutan Hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan melintasi laut.
Pagi dan petang hari, ayam jantan berkokok dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula bersuara cek-kreh.. berturut-turut beberapa kali seperti suara bersin, diikuti dengan bunyi cek-ki kreh.. 10 – 15 kali, dengan jeda waktu beberapa sampai belasan detik, semakin lama semakin panjang jedanya. Kokok ini biasanya segera diikuti atau disambut oleh satu atau beberapa jantan yang tinggal berdekatan. Ayam betina berkotek mirip ayam kampung, dengan suara yang lebih kecil-nyaring, di pagi hari ketika akan keluar tempat tidurnya.

Ayam hutan dan manusia

Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam peliharaan, ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dari HimalayaTiongkokselatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam-hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur.

TANAMAN HIAS

                                                         KELADI
    
Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan, Araceae). Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas (Colocasia). Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Penciri yang paling khas dari keladi adalah bentuk daunnya yang seperti simbol hati/jantung. Daunnya biasanya licin dan mengandung lapisan lilin. Ukuran keladi tidak pernah lebih daripada 1m. Beberapa jenis dan hibridanya dipakai sebagai tanaman hias pekarangan.









Jenis

Terdapat tujuh jenis Caladium, semuanya dari hutan Brazil hingga Amerika Tengah. Pada musim kering biasanya dorman (kehilangan daun) dan tumbuh kembali bila ketersediaan air mencukupi.

Kegunaan dan bahaya

Semua bagian keladi beracun dan tidak boleh dikonsumsi.
Walaupun demikian, penggunaannya sebagai tanaman hias cukup luas. Tumbuhan ini sudah ditangkarkan dan dimuliakan sejak akhir abad ke-18 di Eropa. Terutama C. bicolor telah mengalami banyak perubahan sifat menjadi berdaun warna-warni. Terdapat pula kultivar yang katai. Paling tidak terdapat 120 kultivar C. bicolor. Terdapat pula persilangan antarspesies dengan C. burgkii untuk mendapatkan helai daun yang bergelombang.
Keladi dapat memunculkan anakan dan dari sini dapat dikembangkan tumbuhan baru. Ia juga dapat tumbuh dari kormus yang terdapat di tanah.





















sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Keladi

DAUN HUTAN KHAS KALIMANTAN

                                                  DAUN VETSIN

Penyedap rasa buatan atau MSG seringkali dipakai untuk memberi perasa pada makanan. Rasanya memang enak tapi tahukah sobat spiritatlantic bahwa hal itu tidak baik bagi kesehatan kita?Vetsin atau MSG mengandung campuran asam glutamat dan natrium hidruksid. Bahan yang dapat memicu aktifnya sel kankerPemakaian vetsin berlebihan sering kita temukan di Chinese restaurant dimana pengunjung akan merasa mual, muntah dan menimbulkan sakit pada dada dan jantung. Namun ketahuilah sobat-sobat spiritatlantic bahwa vetsin sendiri bisa digantikan dengan penyedap yang lebih alami. Nah bahan alami tersebut ditemukan di daerah Kapuas Hulu dengan sebutan daun sengkubang. Makanan yang diberi daun sengkubang akan terasa gurih layaknya vetsin namun karena bukan merupakan unsur penyedap kimia maka daun sengkubang sangat disarankan bagi para vegetarian atau mereka yang menginginkan hidup sehat. Demikian saran dari spiritatlantic selamat mencoba. (Spiritatlantic).
Sejarah Vetsin sekarang berasal dari Profesor Kikunae Iked.Jepang yang telah mengisolasi Asam Glutamat sebagai bahan Rasa Baru pada tahun 1908 yaitu dari ganggang laut Laminaria japonica,kombu, dengan ekstraksi air dan kristalisasi, dan menamai rasa ini umami/gurih Profesor Ikeda menamai produk ini monosodium glutamat dan mengajukan paten untuk membuat MSG. SuzukiBersaudara memulai produksi MSG komersial pada tahun 1909 sebagai AJI-NO-MOTO, yang dalam bahasa Jepang berarti Intisari Rasa, dan ini merupakan pertama kali Monosodium Glutamat diproduksi di dunia.
Namun entah sejak kapan, sampai saat ini Suku Dayak di Kalimantan telah memanfaatkan tanaman sejenis perdu ini (Daun Sungkai bhs dayak) sebagai Penyedap Alami dalam masakan mereka sehari-hari. Ini bisa dijumpai dipakai dalam masakan khas dayak, diantaranya pada Suku Dayak seperti Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Bakumpai, Tabuyan, Siang Murung dlsb, Tidak Terkecuali masyarakat Dayak wilayah Kabupaten Gunung Mas, yang notabene Ras dari Suku Dayak Ngaju dan Ot Danum.
Baru-baru ini telah mencoba menganalisis Daun Sungkai sebagai Penyedap Rasa Alami yang sering digunakan Suku Dayak, diperkenalkan oleh "Yonathan Esli Alexander Tidja dari SMP Santa Maria, Buntok, Kabupaten Barito Selatan pada Event Internasional Asia Pasific Conference of Young Scientists (APCYS) 2012 yang diikuti oleh 12 Negara Asia Pasific pada 2-7 September 2012 di Kota Palangka Raya". (Kutipan dari Harian Umum Tabengan 07-09-2012).
Agar diketahui bahwa bukan hanya Daun Sungkai ini saja yang bermanfaat bagi orang Dayak Pedalaman, tapi sebenarnya sudah sejak lama telah digunakan Akar tumbuhan ini sebagai Obat Herbal Mujarab bagi Penyakit Reumatik, Asma dan Asam Urat, Penelitian lebih lanjut sangat disarankan. (HTB).